BERITA BPSDM

Bagaimana Mengoptimalkan Kepemimpinan Dalam Jabatan Struktural dan Fungsional di Era VUCA?

Bagaimana Mengoptimalkan Kepemimpinan Dalam Jabatan Struktural dan Fungsional di Era VUCA?

Jakarta - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemendagri terus berkomitmen mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) mengoptimalkan Kepemimpinan Dalam Jabatan Struktural dan Fungsional di Era VUCA, melalui webinar pada Kamis, 17 Februari 2022.

VUCA adalah tantangan yang harus dihadapi setiap pemimpin organisasi, yang menyangkut disrupsi digital, pergeseran pasar, perubahan perilaku konsumen, serta tuntutan kinerja guna membangun organisasi yang lebih baik lagi.

VUCA merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity, mempunyai arti dimana dunia yang sedang dihadapi sekarang mengalami perubahan sangat cepat, tidak terduga. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif.

Kepala BPSDM Kemendagri Teguh Setyabudi dalam sambutannya mengatakan, bahwa era VUCA semakin menguat saat pandemi Covid-19. 

"Era VUCA dimana pola kerja dan komunikasi berubah, yang sangat terasa adalah digitalisasi," kata Teguh Setyabudi.

Teguh mengaku, menghadapi dunia yang berubah itu, pihaknya juga ikut bertransformasi. Satu persatu kegiatan klasikal diambil alih teknologi menjadi virtual seperti akhir-akhir ini yang dilakukan BPSDM Kemendagri. Tidak lagi mendominasi klasikal namun juga blended learning atau memadukan dua kegiatan antara klasikal dan virtual.

Juga dibutuhkan pemimpin yang kekinian agar bisa membawa organisasi pada keadaan yang lebih baik. Sehingga tujuan dari webinar untuk mengoptimalkan peran pemimpin dalam melakukan pembinaan organisasi di era VUCA ini, tepat sasaran. 

Pemateri pada webinar tersebut adalah Andrinof A. Chaniago yang merupakan dosen FISIP Universitas Indonesia (UI). Ia mengatakan, bahwa semua orang utamanya para Aparatur yang bekerja menjadi pelayanan publik, mau tidak mau harus beradaptasi dengan era VUCA.

"Ini era yang tidak bisa terelakkan. Semua ikut beradaptasi supaya tetap produktif dan tidak kehilangan peluang apapun," ujarnya.

Bagi pemimpin organisasi, tantangan saat ini adalah bagaimana waktu luang dalam pekerjaan digunakan untuk produktivitas, menghasilkan karya yang lebih baik tanpa menaikan energi atau volume kerja. 

Menurut Andrinof, di era VUCA, norma kepemimpinan terpaksa berubah karena perubahan dunia memaksa gaya kepemimpinan, terlebih saat pandemi. 

Kini, hampir semua pekerjaan tidak harus dilakukan dengan meeting fisik, membuang-buang kertas, bergerak ke sana kemari, tapi justru bisa menggunakan teknologi agar lebih efisien.

"Dari hal itu kita punya waktu luang yang bisa digunakan untuk menambah produktifitas dengan mencari cara kreatif tanpa mengurangi kontribusi profesi itu sendiri. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari benda yang selalu kita genggam (smartphone)," katanya.

Seorang pemimpin setidaknya harus mengadopsi 10 nilai-nilai ini, diantaranya; Complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordination with others, emotional intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, cognitive flexibility.

"Cara ini harus dimiliki semua orang karena semua adalah pemimpin untuk dirinya dan orang lain," ungkap Andrinof. (Penulis: VIA)