Jakarta - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) kembali menggelar Program Jumat Pagi (JUMPA) Belajar Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendagri yang dilaksanakan setiap minggunya oleh BPSDM Kemendagri.
Hal tersebut bertujuan untuk membekali ASN Kemendagri dalam memberi pengetahuan tambahan agar dapat berkontribusi pada peningkatan indeks profesionalitas ASN yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan kinerja Instansi tempat bekerja, serta memenuhi hak dan kesempatan dalam pengembangan kompetensi paling sedikit 20 Jam Pembelajaran (JP) pertahun sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Gelaran seri ke-VI mengusung tema “Model Kepemimpinan Efektif dalam menghadapi Kondisi TUNA (Turbulency, Uncertainty, Novelty dan Ambiguity)” secara daring dengan sebanyak 1.373 partisipasi peserta dari berbagai instansi, Jumat (26/08).
Kondisi yang dihadapi pada era disrupsi atau era ketidakpastian ditunjang dengan masalah Pandemi COVID-19 yang tidak kunjung reda. Hal tersebut menjadi tidak biasa karena memasuki sektor privat yang selanjutnya diadopsi oleh sektor publik. Pemahaman tersebut dikenal dengan kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) dimana pemahaman VUCA diartikan sebagai situasi lingkungan yang hadir serba tidak pasti, fluktuatif, kompleks, sulit diprediksi dan kebenaran realitas bersifat subyektif. Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Bidang Administrasi Jabatan Fungsional mewakili Bapak Kepala BPSDM Kemendagri, Iwan Setiawan.
Lebih lanjut, ia sampaikan bahwa situasi yang tidak menentu tersebut perlu disikapi dengan sosok pemimpin yang mampu efektif mengatasi kondisi TUNA (Turbulency, Uncertainty, Novelty, Ambiguity) atau situasi lingkungan yang hadir dengan perubahan yang sangat cepat, rumit, penuh dengan pembaharuan baru dan membingungkan atau tidak jelas.
“Figur atau sosok seorang pemimpin perlu terus diasah melalui pengembangan kompetensi sesuai perkembahan perubahan lingkungan internal dan eksternal kerjanya. Untuk itu, seorang pemimpin yang kompeten harus memiliki karaktestik kompetensi yaitu pengetahuan. Keterampilan, motif, watak, dan konsep diri, untuk beradaptasi terhadap lingkungan kerjanya,” ujarnya.
Sementara itu, hadir sebagai narasumber, Mohamad Soleh. Ia memaparkan salah satu manfaat seorang pemimpin dalam kondisi TUNA mampu memberikan kontribusi membangun fondasi ASN menuju ASN yang cerdas menuju Indonesia Emas 2045. (Penulis: Silvany Dianita-Humas BPSDM Kemendagri)